18 Januari, 2025 | admin

Mengenal Apa Itu Selingkung Dalam Jurnalisme

Mengenal Apa Itu Selingkung Dalam Jurnalisme

Setiap media massa memiliki gaya penulisan yang unik, yang dikenal sebagai “gaya selingkung”. Gaya ini mencerminkan identitas dan karakteristik masing-masing media, serta menjadi pedoman bagi para penulis dalam menyajikan informasi kepada pembaca. Perbedaan gaya penulisan ini sering kali menyebabkan variasi dalam penggunaan kata atau istilah tertentu, yang mungkin tidak selalu sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Namun, hal ini bukan berarti media tersebut tidak mematuhi kaidah bahasa yang baku, melainkan hasil dari kesepakatan internal yang disesuaikan dengan audiens dan tujuan komunikasi mereka.

Sebagai contoh, dalam KBBI, penulisan yang benar adalah “Idulfitri” sebagai satu kata tanpa spasi. Namun, beberapa media ternama seperti Tempo dan Harian Kompas memilih menuliskannya sebagai “Idul Fitri” dengan spasi di antara kedua kata tersebut. Keputusan ini merupakan bagian dari gaya selingkung mereka, yang mungkin didasarkan pada pertimbangan kemudahan pembacaan atau kebiasaan yang telah diterapkan sejak lama. Meskipun berbeda dari standar KBBI, pilihan ini tetap konsisten dalam penerbitan mereka dan diterima oleh pembaca setia.

Contoh lain adalah penggunaan kata “nggak” sebagai pengganti “tidak”. Beberapa media memilih menggunakan “nggak” untuk menciptakan nuansa yang lebih santai dan akrab dengan pembaca. Pendekatan ini bertujuan untuk membuat tulisan terasa seperti percakapan sehari-hari, sehingga pembaca merasa lebih dekat dan terlibat dengan konten yang disajikan. Pemilihan kata semacam ini menunjukkan bagaimana gaya selingkung dapat mempengaruhi tone dan mood sebuah artikel, sesuai dengan karakteristik audiens yang dituju.

Mengenal Apa Itu Selingkung Dalam Jurnalisme

Penting untuk dipahami bahwa perbedaan gaya penulisan antar media atau penerbit adalah hal yang wajar dan lumrah. Setiap media memiliki visi, misi, dan segmentasi pembaca yang berbeda, sehingga gaya selingkung mereka pun disesuaikan dengan kebutuhan tersebut. Seperti halnya individu yang memiliki gaya berpakaian atau berbicara yang berbeda, media pun memiliki cara unik dalam menyampaikan informasi. Perbedaan ini justru memperkaya keragaman dalam dunia jurnalistik dan penerbitan, memberikan pilihan bagi pembaca untuk memilih media yang sesuai dengan preferensi mereka.

Selain itu, gaya selingkung juga mencakup aspek lain seperti penggunaan tanda baca, ejaan, dan struktur kalimat. Misalnya, ada media yang lebih suka menggunakan kalimat pendek dan langsung, sementara yang lain mungkin memilih kalimat yang lebih kompleks dan deskriptif. Ada pula yang memiliki preferensi tertentu dalam penggunaan istilah asing atau serapan, serta cara menuliskan angka dan tanggal. Semua ini diatur dalam pedoman internal masing-masing media, yang berfungsi untuk menjaga konsistensi dan kualitas tulisan.

Meskipun memiliki gaya selingkung sendiri, media harus mempertimbangkan kaidah bahasa secara umum.

Hal ini penting untuk memastikan bahwa pesan yang disampaikan dapat dipahami dengan baik oleh pembaca dari berbagai latar belakang. Oleh karena itu, banyak media yang secara berkala meninjau dan memperbarui pedoman gaya selingkung mereka, agar tetap relevan dan sesuai dengan perkembangan bahasa serta dinamika masyarakat.

Dalam era digital saat ini, di mana informasi dapat diakses dengan mudah dan cepat, peran gaya selingkung menjadi semakin penting. Dengan memiliki gaya penulisan yang khas, sebuah media dapat membedakan dirinya dari yang lain, membangun brand identity yang kuat, dan menciptakan loyalitas di kalangan pembaca. Oleh karena itu, memahami dan menghargai perbedaan gaya penulisan antar media adalah langkah penting dalam menjadi konsumen informasi yang cerdas dan kritis.

Share: Facebook Twitter Linkedin