
Tan Malaka: Tokoh Republik yang Jejaknya Nyaris Terhapus
Tan Malaka: Tokoh Republik yang Jejaknya Nyaris Terhapus
Pernahkah kamu bertanya-tanya, mengapa Indonesia memilih nama Republik Indonesia sebagai bentuk pemerintahan? Kenapa bukan Kerajaan atau Kesultanan, seperti banyak negara lain pada masa itu?
Keputusan itu tentu tidak muncul begitu saja. Para pendiri bangsa merasa bahwa bentuk pemerintahan republik lebih relevan dengan realitas Indonesia yang beragam—baik dalam suku, agama, maupun budaya. Republik dianggap mampu menjadi jembatan dalam mengelola keberagaman ini.
Namun, siapa sebenarnya tokoh yang pertama kali memperkenalkan konsep republik untuk Indonesia? Jawabannya adalah Tan Malaka, seorang pemikir, pendidik, dan pejuang yang nama serta gagasannya pernah dilupakan dalam sejarah bangsa.
Mari kita telusuri lebih dalam kisah Tan Malaka, sosok yang dianggap sebagai “Bapak Republik Indonesia.”
Tan Malaka: Tokoh Republik yang Jejaknya Nyaris Terhapus
Mengenal Sosok Tan Malaka
Tan Malaka lahir pada 2 Juni 1897 di Nagari Pandan Gadang, Suliki, Sumatera Barat. Dengan nama asli Ibrahim Datuk Tan Malaka, ia tumbuh dalam keluarga Minangkabau yang menghargai pendidikan. Masa kecilnya dihabiskan dengan belajar di sekolah Belanda, sebuah kesempatan langka pada masa itu.
Pendidikan membawa Tan Malaka ke negeri Belanda, di mana ia belajar di Rijkskweekschool, sebuah sekolah pendidikan guru. Di sinilah pikirannya mulai terbuka terhadap berbagai gagasan revolusioner. Ia mengenal ideologi sosialisme dan perjuangan rakyat tertindas, yang kelak menjadi fondasi perjuangannya untuk Indonesia.
Peran Tan Malaka dalam Gagasan Republik
Tan Malaka adalah salah satu tokoh pertama yang berbicara tentang konsep republik sebagai bentuk pemerintahan Indonesia. Dalam bukunya yang berjudul Naar de Republiek Indonesië (Menuju Republik Indonesia), ia menegaskan bahwa republik adalah pilihan yang paling cocok untuk Indonesia yang plural. Ia percaya bahwa sistem ini dapat memastikan keadilan dan kesetaraan bagi seluruh rakyat, tanpa memandang suku, agama, atau golongan.
Pada masa penjajahan Belanda, gagasan ini dianggap sangat radikal. Namun, Tan Malaka tidak gentar. Ia terus menyuarakan pentingnya kemerdekaan Indonesia melalui pendekatan republik, bahkan ketika harus hidup di pengasingan selama bertahun-tahun.
Jejak yang Sempat Dihapus
Meskipun memiliki peran besar dalam memperkenalkan gagasan republik, jejak Tan Malaka dalam sejarah Indonesia sempat dihapus. Hal ini tidak lepas dari posisinya yang kerap dianggap kontroversial, terutama karena ideologi sosialisnya.
Setelah proklamasi kemerdekaan, Tan Malaka sempat kembali ke tanah air dan terlibat dalam perjuangan mempertahankan kedaulatan Indonesia. Namun, ia justru menghadapi konflik dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah sendiri. Akibatnya, ia ditangkap dan dieksekusi pada 1949 tanpa proses pengadilan yang jelas.
Nama Tan Malaka baru mulai mendapatkan pengakuan kembali di era modern. Ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 1963, meskipun kisah hidup dan perjuangannya masih jarang dibahas di sekolah-sekolah.
Pelajaran dari Tan Malaka
Gagasan-gagasan Tan Malaka tentang keadilan, kesetaraan, dan pentingnya pendidikan masih relevan hingga kini. Ia mengajarkan kita bahwa perjuangan untuk rakyat harus didasari oleh pemahaman mendalam tentang kebutuhan mereka.
Semangat dan warisannya terus hidup melalui tulisan-tulisannya
Seperti Naar de Republiek Indonesië dan Madilog (Materialisme, Dialektika, dan Logika).
Kesimpulan
Tan Malaka adalah tokoh yang memberikan dasar bagi bentuk pemerintahan Indonesia sebagai republik. Gagasan dan perjuangannya menginspirasi banyak orang untuk melihat bahwa keberagaman adalah kekuatan, bukan hambatan.
Sebagai bangsa yang terus berkembang, sudah seharusnya kita menggali kembali warisan Tan Malaka dan menjadikannya sebagai pelajaran dalam membangun Indonesia yang lebih adil dan setara.
Mengenang Tan Malaka berarti menghormati perjuangan seorang anak bangsa yang rela berkorban demi tanah air, meski harus menghadapi banyak rintangan. Semoga kisahnya tidak lagi terlupakan.